Thursday, November 19, 2009

Pengolahan Limbah Serbuk Gergajian Kayu
dan Kertas Bekas Sebagai Bahan Baku Kertas Seni

Oleh :

Harry Jahja, S.Si[1] dan Rika Nove P, S.Pd, M.Pd[2]

ABSTRAK

Pemanfaatan limbah serbuk gergajian kayu dan kertas bekas sebagai bahan baku kertas seni sudah dilakukan di SMA Negeri 6 Tasikmalaya dengan hasil yang cukup memuaskan. Proses pengolahannya cukup sederhana, sehingga dapat dilakukan oleh siswa SMA Negeri 6 Tasikmalaya khususnya dan oleh masyarat pada umumny. Pemanfaatan kertas seni yang dihasilkan dapat dikembangkan dan dimanfaatkan menjadi berbagai jenis produk sekunder. Pemanfaatan limbah serbuk gergajian kayu ini selain sebagai bahan baku pembuatan kertas seni tetapi juga sebagai kontribusi pengurangan emisi gas karbondioksida yang berdampak pada pemanasan global.

Kata Kunci : Serbuk kayu gergajian, kertas seni

I. Pendahuluan

Serbuk gergajian kayu merupakan suatu limbah yang lazim ditemukan di perusahaan pengolahan kayu/penggergajian kayu. Pada proses pengolahan kayu akan menghasilkan limbah biomassa yang berupa potongan ujung, sebetan, sisa kupasan tatal dan serbuk kayu gergajian yang kesemuanya berjumlah 54,24 % dari total produksi kayu, serta untuk limbah serbuk kayu gergajian mempunyai volume 15 % dari total produksi kayu (Suhaendi, dkk).

Limbah serbuk kayu gergajian selama ini kebanyakan dibuang atau dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai bahan bakar guna memenuhi kebutuhan energi sehari-hari. Pada industri pengolahan kayu skala besar dan terpadu, limbah serbuk kayu gergajian tersebut dimanfaatkan menjadi briket arang, arang aktif dan kompos yang dijadikan bahan komoditas yang bernilai ekonomis.

Pemanfaatan lain dari sebuk kayu gergajian adalah dipergunakan sebagai bahan baku pembuatan pulp dan kertas, karena kayu mengandung selulosa dan lignin yang cukup tinggi (Pari G. hal. 321-327).

Serat dalam dari sebuk gergajian kayu berdimensi panjang 0,53 mm, dan diameter lumen 19,3 mm. Panjang serat ini lebih pendek dibandingkan serat yang dihasilkan dari kepingan kayu yang diproses untuk dijadikan pulp (Soetrisno, T.S. Ir, hal 63-72).

Sebelum dibuat menjadi kertas seni, campuran pulp dari sebuk gergajian kayu albasia ditambahkan pulp dari kertas bekas yang telah diputihkan (bleaching) dan ketika diproses dalam memuat kertas maka pulp yang telah diperoleh dari pencampuran harus ditambahkan senyawa polyvinil acetate (PVA) sebagai suatu zat yang berfungsi untuk menambah daya rekat antar serat ketika dibentuk menjadi kertas.

Kertas seni yang dihasilkan akan lebih menarik jika diberikan pewarna yang dilarutkan kedalam pulp sebelum dicetak menjadi kertas, dan selain dari pada itu dapat juga ditambahkan serat-serat alami lain seperti serat dari daun alang-alang, pelepas pisang, daun bawang atau serat-serat lainnya dipermukaan kertas seni yang dibuat sehingga dapat meningkatkan nilai estetika dan keindahannya.

Berbeda dengan kertas biasa, kertas seni adalah salah satu jenis kertas deng-an penampilan estetis yang kaya akan nuansa alami dan unik. Kertas seni diolah secara khusus dengan tangan (handmade) sehingga kertas seni identik dengan handmade paper, kertas yang ramah lingkungan serta secara visual memiliki tampilan atau karakter spesifik baik dari segi tekstur, warna, corak maupun dimensinya (Onggo, Holia, Triastuti, J, hal. 21- 28)

Sebenarnya bisnis kertas seni sudah lama digeluti orang-orang yang disebut dengan produk kertas daur ulang. Bisnis ini sudah mulai dikenal luas dan diminati oleh masyarakat, khususnya masyarakat yang tinggal di perkotaan. Produk ini sudah banyak ditemui di etalase-etalase toko berupa souvenir cantik dan bernilai seni tinggi. Di perkotaan bisnis ini banyak dilakukan oleh kaum muda, mahasiswa, dan kelompok pengrajin lainnya.

Pada umumnya pembuatan kertas seni yang telah dibuat menggunakan bahan baku yang berasal dari serta non kayu, seperti dari eceng gondok3 dan serat dari daun nenas serta daun alang-alang4 akan tetapi penggunaan serat kayu sebagai bahan baku pembuat kertas biasanya dilakukan di industri-industri kertas.

Dalam rangka memanfaatkan limbah serbuk gergajian kayu yang dihasilkan dari industri pengolahan kayu maka dilakukan percobaan pembuatan kertas seni dengan berbahan baku serbuk gergajian kayu dan kertas bekas yang dilaksanakan pada awal bulan Januari hingga Juni 2009 dan penelitian serta percobaan dilakukan di Laboratorium IPA SMA Negeri 6 Tasikmalaya, Jalan Cibungkul Sukamajukaler Indihiang Kota Tasikmalaya dan Laboratorium Kertas Balai Besar Pulp Dan Kertas. Jalan Raya Dayeuhkolot No. 132. Bandung 40258. Hasil yang diharapkan adalah memperoleh cara pembuatan kertas seni dengan metode yang sederhana, sehingga bisa dijadikan program lifeskill bagis siswa SMAN 6 Tasikmalaya pada khususnya dan dapat dijadikan suatu usaha sampingan bagi masyarakat disekitar tempat industri pengolahan kayu pada umumnya.

II. PELUANG PENGEMBANGAN KERTAS SENI DARI SERBUK GERGAJIAN KAYU

A. Serbuk Gergajian Kayu sebagai Bahan Baku Masih Melimpah

Indonesia sebagai negara tropis yang memiliki kawasan hutan yg masih terbilang cukup luas, dan kayu merupakan salah satu dari hasil hutan yang dimanfaatkan dan diolah pada industri pengolahan kayu, baik industri pemotongan kayu maupun industri pengolahan kayu menjadi barang atau produk jadi.

Volume limbah serbuk gergajian kayu adalah 15% dari total volume kayu yang akan diolah. Sehingga ketersediaan serbuk gergajian kayu sebagai bahan baku pembuatan kertas seni masih berlimpah untuk jangka waktu yang cukup lama.

Untuk menghasilkan kertas seni dengan kualitas yang cukup baik, maka pada proses pembuatannya dicampurkan dengan kertas bekas.

B. Sumberdaya Manusia

Salah satu permasalahan bangsa ini yang belum tuntas adalah masalah kurangnya ketersediaan lapangan pekerjaan. Karena usaha ini merupakan teknologi sederhana, dengan kemauan dan semangat, siapa pun dapat melakukannya. Tidak semua lulusan SMAN 6 Tasikmalaya yang melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi maupun yang terserat di dunia kerja, sehingga terdapat banyak tenaga usia produktif yang belum mendapatkan kesempatan kerja, demikian pula untuk masyarakat sekitar industri pengolahan kayu yang belum bekerja. Potensi tenaga usia produktif ini menjadi salah satu modal pengembangan usaha ini.

III. TEKNOLOGI PENGOLAHAN SERBUK GERGAJIAN KAYU MENJADI KERTAS SENI

A. Pembuatan Digester

Digester merupakan suatu alat untuk memasak serbuk gergajian kayu dengan menggunakan larutan pemasak. Digester sederhana yang dirancang dan dibuat dengan mempergunakan bahan-bahan bekas serta bentuk yang sederhana seperti pada gambar-1.


Gambar 1 : Rancangan Digester Sederhana

B. Pembuatan Alat Press

Alat pengepress ini dibuat untuk memudahkan dalam pengepressan kertas yang telah di cetak, bahan-bahan yang dipergunakan berupa besi Cannal C dan plat besi, seperti pada gambar 2


Gambar 2 : Alat Pengepress

Teknologi pengolahan serbuk gergajian kayu sebagai bahan baku kertas seni sangat sederhana. Untuk meningkatkan mutu kertas yang diproduksi, kertas serbuk gergajian kayu dicampur dengan pulp kertas bekas. Prosedur pembuatan kertas daur ulang campuran serbuk gergajian kayu dan kertas bekas ditunjukkan pada Gambar-3.

C. Penyiapan Bahan Baku Serbuk Gergajian Kayu

Bahan baku serbuk gergajian kayu diambil dari industri pemotongan kayu. Serbuk gergajian kayu tersebut harus disaring dan dibersihkan dari sisa-sisa tatal atau potongan kayu yang besar, dan untuk mendapatkan ukuran serbuk gergajian kayu yang relatif sama maka dilakukan proses penggilingan/di-blender.

Serbuk gergajian kayu yang telah disaring tersebut di jemur agar untuk mengurangi kandungan air agar ketika proses pemasakan dengan menggunakan natrium hidroksida (NaOH5 ) maka dapat diserap dengan mudah oleh serbuk kayu dan mempercepat proses pelarutan senyawa ligninnya /delignifikasi untuk mendapatkan serat selulosa dari serbuk gergajian kayu tersebut, lamanya penjemuran kurang lebih 2 jam pada kondisi cahaya matahari yang terik.

D. Proses Pulping Serbuk Gergajian Kayu

Serbuk gergajian kayu yang telah di saring dan dikeringkan, ditimbang dan dimasukkan ke dalam digester dengan perbandingan 1 kg serbuk gergajian kayu ditambah 8 - 10 L air dan 150 gram NaOH, lalu dimasak selama kurang lebih 2 jam.

Proses pemasakan dengan NaOH ini bertujuan untuk mempercepat proses pemisahan serat. Proses pulping/pemasakan dilakukan pada suhu air mendidih selama 2 jam. Pada masa 2 jam ini berakhir, akan didapat serbuk gergajian kayu yang telah dihilangkan ligninnya. Untuk menghilangkan NaOH ini dilakukan pencucian sampai bersih, agar tidak meninggalkan bau dari larutan pemasaknya.

E. Proses Re-pulping Kertas Bekas

Proses re-pulping kertas bekas dimulai dengan mencabik-cabik kertas hingga berukuran cukup kecil (berkisar 5 x 5 cm) dan setelah itu direndam dalam air selama 24 jam dengan diberi tawas yang bertujuan untuk mempermudah menguraikan serat-seratnya.

F. Proses Pemutihan Pulp

Pulp yang akan di putihkan (bleaching) dilakukan dengan langkah sebagai berikut :

a) Masukkan rendemen pulp ke dalam digester

b) Tambahkan 150 mL larutan 50 % H2O2, 30 gram Na2SiO36 dan 3 gram MgSO4.7H2O7

c) Tambahkan 15 Liter air dan panaskan campuran selama 1 jam.


Gambar 3. Proses Pembuatan Kertas Serbuk Gergajian Kayu

G. Proses Pewarnaan

Proses pewarnaan pulp dapat dilakukan dengan menggunakan pewarna tekstil ataupun pewarna alami, pada proses pewarnaan dengan menggunakan pewarna teksil (wantex) ditambahkan larutan asam cuka 25% sebanyak 50 ml yang bertujuan agar warna dapat lebih menyerap kedalam serat-serat kayu maupun serat-serat dari kertas bekas.

Dari segi teknis produksi, kertas koran akan lebih susah dalam pewarnaan.

Kertas bekas berwarna putih seperti HVS akan lebih mudah dalam pewarnaan.

H. Proses Penggilingan Pulp

Pada tahapan ini, pulp digiling/di-blender­ dengan tujuan agar menyamakan ukuran dari serat-serat dari serbuk gergajian kayu maupun dari serat dari kertas bekas. Pada proses ini ditambahkan pula PVA8 dan kanji sebagai bahan polimer tambahan yang bertujuan untuk menambah daya rekat antar serat ketika dicetak menjadi kertas, sehingga kualitas kertas akan semakin baik.

Pada proses penggilingan jangan terlalu lama, karena dikhawatirkan akan semakin memperpendek serat, karena jika serat semakin pendek maka kekuatan ikatan antarserat ketika dicetak menjadi kertas akan semakin berkurang.

I. Proses Pencetakan Lembaran Kertas

Proses pencetakan lembaran dimulai dengan melakukan pengenceran pulp

kertas bekas dan pulp serbuk gergajian kayu. Persentase dari campuran pada intinya dapat dilakukan pada tingkat yang berbeda-beda tergantung hasil kertas yang kita inginkan. Untuk lebih menonjolkan serat dari eceng gondok, dibuat persentase

serbuk gergajian kayunya lebih besar. Pengenceran adonan campuran pulp ini perlu dilakukan agar dapat diproduksi kertas yang tipis. Pencetakan kertas mengunakan screen dengan ukuran pori cukup besar (ukuran T-24), karena alat yang digunakan adalah manual, maka ketebalan kertas yang dihasilkan akan sangat variatif antar kertas maupun dalam satu lembaran kertas. Perlu keterampilan dan pengalaman agar pada proses pencetakan dapat menghasilkan ketebalan kertas yang relatif seragam.

J. Pengeringan Kertas

Lembaran kertas yang sudah dicetak dipindahkan ke atas selemba kain dan dipres dan selanjutnya adalah proses pengeringan yang dilakukan dengan memanfaatkan sinar matahari. Dalam keadaan matahari terik, selama 1 jam kertas sudah dalam kondisi kering. Apabila kondisi mendung, dapat juga dilakukan pengeringan dalam ruangan dengan jalan diangin-anginkan, walaupun kelihatannya kualitas kertas di bawah sinar matahari lebih bagus. Untuk skala yang lebih besar perlu dipikirkan untuk membuat alat pengering misalnya dengan membuat ruang pengering dari plat/kaca atau dengan mengkombinasikan dengan tungku pembakaran.

K. Kualitas Kertas

Pemanfaatan kertas seni umumnya sebagai kertas seni, sehingga penilaian kualitas kertas didasarkan pada keindahan relatif dari kertas. Berbeda dengan penilaian kualitas kertas sebenarnya yang menilai kualitas dari kekuatan tarik, kekuatan sobek, gramatur, dan kekuatan retak (tabel -2). Kertas seni dengan campuran serbuk gergajian kayu memiliki penampilan yang lebih indah karena menampilkan serat-serat yang muncul di permukaan kertas menghasilkan tekstrur yang unik. Berbeda dengan kertas tanpa campuran serbuk gergajian kayu, kurang memiliki nilai artistik yang tidak jauh beda dengan kertas-kertas biasa.

Kualitas kertas yang dihasilkan telah diuji di laboratorium Kertas pada Balai Besar Pulp dan Kertas di Bandung. Adapun campuran pulp serbuk gergajian kayu dan pulp kertas bekas dibuat beberapa komposisi seperti pada tabel-1

Tabel 1 Komposisi Campuran Pembuat Kertas

Pulp dari serbuk kayu gergajian

Pulp dari kertas bekas

Komposisi A

100 %

-

Komposisi B

75 %

25 %

Komposisi C

50 %

50 %

Komposisi D

25 %

75 %

Komposisi E

-

100 %

Hasil pengujian sifat fisik kertas seni yang dihasilkan untuk masing-masing komposisi.

Tabel 1 : Hasil Pengujian Sifat Fisik Kertas

Komposisi Kertas

Sifat terukur

A

B

C

D

E

Gramatur (g/m2)

111,4

99,5

93,8

93,3

83,2

Indeks Sobek (mNm2/g)

4,3218

6,0361

6,8766

7,4138

8,4132

Indeks Tarik (Nm/g)

3,33

9,51

13,94

14,59

20,42

Indeks Retak (kPa.m2/g)

0,3569

0,6810

1,0820

1,4981

1,5647

Daya Serap Air Klemm (mm/10 menit)

70

59

48

42

40

Bila dari hasil pengujian sifat fisik kertas, terlihat bahwa dengan semakin banyaknya kandungan pulp dari kertas bekas umumnya meningkatkan kualitas dari kertas yang dihasilkan, akan tetapi mengurangi nilai keindahan nya yang dikarenakan kurangnya tekstur alami dari serat yang berasal dari serbuk gergajian kayu.

IV. STRATEGI PENGEMBANGAN KERAJINAN KERTAS SENI

A. Pembentukan Kelompok-Kelompok Pengrajin

Langkah pertama yang telah dilakukan adalah dengan memberdayakan siswa yang menjadi anggota Kimia Klab di SMAN 6 Tasikmalaya sebagai kelompok pelopor dalam mengembangkan kerajinan kertas seni ini. Sasaran SDM secara umum yang dibutuhkan adalah kawula muda yang dianggap lebih kreatif dan inovatif. Rencana jangka panjang dari Kimia Klab SMAN 6 Tasikmalaya adalah deng-an memberikan pelatihan-pelatihan mulai dari pembuatan kertas seni sampai pembuatan berbagai souvenir berbahan kertas seni itu. Workshop adalah salah satu bagian dari program pelatihan dimaksud yang sasaran utamanya adalah Siswa-siswa pelajar SMP dan SMA serta Karang Taruna. Kontinuitas pelatihan ini perlu dilaksanakan untuk meningkatkan kemampuan dari kelompok pengrajin yang telah terbentuk

B. Pemasaran dan Promosi

Dalam ilmu pemasaran, kegiatan promosi itu merupakan bagian dan tulang punggung dari tercapainya target pemasaran di samping kualitas produk, harga, dan tempat. Kegiatan promosi dapat dilakukan melalui pameran di berbagai event skala lokal/kabupaten, provinsi, dan nasional. Hal ini sangat diperlukan mengingat produk ini yang khas dan perlu dikenalkan kepada masyarakat secara terusmenerus. Promosi dapat juga disampaikan melalui website Kimia Klab SMAN 6 Tasikmalaya. Promosi ini dapat dikombinasikan dengan kampanye Pengurangan emisi gas karbon sebagai penyebab Pemanasan Global dan Pemanfaatan Limbah menjadi Produk yang Bernilai Ekonomis. Slogan dengan memakai produk ini dapat membantu penyelamatan lingkungan menjadi suatu pilihan alternatif. Hal berbau penyelamatan lingkungan ini bisa disinergikan dengan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) di bidang lingkungan.

C. Sukses Pengembangan Kertas Daur Ulang

Dari Bandung diperoleh informasi, kelompok anak muda alumni Fakultas Teknik ITB telah berkarya dan memproduksi aneka produk cenderamata dari ker-tas daur ulang berupa bingkai foto, tempat pensil, tempat tissue, dan lain-lain. Produk-produk yang dihasilkan bisa terjual dengan harga mahal dan sebagian besar malah sudah diekspor ke berbagai negara.

Dari Yogyakarta diperoleh informasi, sebuah pondok pesantren terkenal melatih dan memberi peluang kerja bagi para santrinya dengan memproduksi aneka cenderamata dari kertas daur ulang. Produk-produk ini pun laris dipasarkan di daerah sekitarnya dengan omzet jutaan rupiah setiap bulannya.

Produk yang ingin dikembangkan ini lebih menarik dari sekedar kertas daur ulang saja. Misi yang melekat pada produk ini sebagai upaya penyelamatan lingkungan dengan memanfaatkan limbah yang diharapkan akan menjadi nilai tambah dari produk ini di samping produk yang relatif lebih indah. Sekarang tinggal kemauan dan kerjasama dari berbagai stakeholder didaerah ini.

D. Dukungan Kelembagaan

Kelompok pengrajin Kimia Klab SMAN 6 Tasikmalaya yang sudah dibentuk merupakan prasyarat utama dari rencana bisnis ini. Unit bisnis kecil merupakan modal besar dalam pengembangan usaha ini. Institusi lain yang bisa berperan dalam program ini antara lain Stakeholder SMAN 6 Tasikmalaya, Dinas Pendidikan Nasional,Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Dinas Koperasi dan UKM, Dinas Pariwisata dan Perhubungan, KADIN, LSM, dan lain-lain. Bantuan ini dapat bermacam-macam seperti mencarikan prospek pemasaran, melakukan promosi ataupun mencarikan bapak angkat bagi kelompok-kelompok pengrajin.

E. Sasaran Bisnis

Tidak bisa dipungkiri bahwa mulai dari anak-anak, remaja, orang tua yang masih berjiwa muda maupun siapa saja yang suka melihat sentuhan seni akan menjadi pasar potensial produk ini. Produk yang dibuat diupayakan unik, menarik, dan lucu agar masyarakat yang melihatnya tertarik.

Sasaran lain sesuai dengan hasil pengamatan di lingkungan SMAN 6 Tasikmalaya, bahwa kertas seni yang dihasilkan dimanfaatkan oleh Tenaga Pendidik mata pelajaran Pendidikan seni ini untuk keperluan bahan prakarya siswa-siswi kelas X, XI, maupun kelas XII. Potensi lain ini juga perlu dilirik adalah menjadikan siswa-siswi yang berada di Kota Tasikmalaya pada khususnya dan masyarakat pada umumnya sebagai pasar dari produk kertas dari serbuk gergajian kayu ini yang bisa dimanfaatkan sebagai bahan pembuat kerajinan.

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Secara teknis, pengolahan serbuk gergajian kayu sebagai bahan baku kertas seni sangat mudah dilakukan.

2. Industri kerajinan kertas seni dari serbuk gergajian kayu prospektif dikembangkan sebagai salah satu pelatihan lifeskill dan kewirausahaan bagi pelajar di tingkat SMP maupun SMA pada khususnya dan Pemuda Karang Taruna pada umumnya.

3. Pengembangan usaha kecil ini dapat meningkatkan ketersediaan lapangan kerja baru.

4. Dalam hal pemasaran termasuk promosi diperlukan dukungan berbagai stakeholder seperti Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Dinas Koperasi dan UKM, Dinas Pariwisata dan Perhubungan, DEKRANAS/DA, KADIN, LSM, dan lain-lain.

B. Saran

Disarankan teknologi sederhana ini bisa disosialisasikan kepada masyarakat sekitar lokasi industri pengolahan kayu yang mempunyai potensi penghasil limbah serbuk gergajian kayu. Diharapkan dengan penerapan teknologi ini dapat membantu pendapatan masyarakat sekitar dan mendukung kebersihan dan berkontribusi terhadap pengurangan emisi gas karbon yang secara luas berdampak pada pengurangan pemanasan global.

DAFTAR PUSTAKA

1. Anang. 2003. Pengaruh NaOH dan Perendaman Daun Nenas dan Pelepah Pisang Abaka Terhadap Kualitas Pulp Kertas Seni. Akademi Teknologi Pulp Bandung.

2. Anonim. 2008. Pengolahan Limbah Industri Pengolahan Kayu.

http://rusiman.bpdas-pemalijratun.net/index.php?option=com_content &view=article&id=25:pengolahan-limbah-industri-pengolahan-kayu &catid=3:umum&itemid=404. 16 Desember 2008, 21:16.

3. Dhinok. 2005. Kertas Daur Ulang. http://wrm-indonesia.org/index2.php?

option=content&do_pdf=1&ide=514. (24 September 2008, 21:42).

4. Heyne, K. 1987. Tumbuhan berguna Indonesia Jilid II. Bogor : Badan Peneli- tian dan Pengembangan Kehutanan, Departemen Kehutanan.

5. Houen, W.K, 2000, Pembuatan Pulp Kertas Seni dari Berbagai Bahan Baku dengan Teknologi Sederhana. Proyek Pengembangan dan Penelitian Teknologi Selulosa Bandung.

6. Joedodibroto, R., Pangalila, W.T, 1977. Pulp Rendemen Tinggi Albizia Fal- cataria dan Pemutihannya dengan Hidrogen Peroksida. Berita Selulosa Vol. XIII No. 4. Desember 1977, pp. 120-126.

7. Mulyati, dkk, 1985. Pengaruh Penyimpanan Serpih Kayu jenis Albizia Fal- cataria dan Pinus Merkusii Terhadap Rendemen dan Kualitas Pulp. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan dan Industri Selulosa Bandung.

8. Onggo, Holia, Triastuti, J. 2004. Pengaruh Sodium Hidroksida dan Hidrogen

Peroksida terhadap Rendemen dan Warna Pulp dari Serat Daun Nenas. Jurnal ISSN 1693-3834, Januari 2005 Vol.3 No. 1.

9. Onggo, Holia, Triastuti, J. 2000. Pengaruh Perlakuan Proses Pulping Ter-

hadap Warna Kertas Seni dari Alang-Alang. Telaah Jilid XXI No.1-2, pp 21- 28.

10. Pari, G. 1996. Analisis Komponen Kimia dari Kayu Sengon dan Kayu Karet pada Beberapa Macam Umur. Buletin Penelitian Hasil Hutan. 14, pp. 321- 327

11. Saputra, H., Mulsim, 2004. Subtitusi Pulp Kraft Albizia Falcataria Pada Pembuatan Kantong Kertas Semen. Akademi Teknologi Pulp Bandung.

12. Setyorini, Daru, M.Si. 2002. Minimasi Limbah dalam Industri Pulp and

Paper. http://www.terranet.or.id/masukandetail.php?id=1306. 20 Septem ber 2008, 20:42.

13. Soetrisno, T.S. Ir., 1983. Penelitian Pembuatan Pulp dengan Bahan Baku Ser- buk Penggergajian Kayu Albisia Proses Soda-Antrakinon. Buletin Selu losa Volume XVIII No 3. September 1981. 63-72.

14. Soetrisno, T.S. Ir., 1979. Penelitian Pembuatan Pulp dan Kertas dengan Ba- han Baku Serbuk Penggergajian - Proses Sulfat. Balai Besar Selulosa Bandung.

15. Suhaendi, Idris Mustafa, H. Alrasyid, 1977. Potensi Jenis-jenis Kayu Indone-

sia Untuk Industri Kertas. Kertas Kerja Pertemuan Teknik II Asosiasi Pulp dan Kertas Indonesia, Bandung.

16. Sutigno, P. dkk, 1979. Beberapa Kemungkinan Pemanfaatan Limbah Industri Perkayuan. Dikusi Industri Perkayuan Jakarta.


[1] Guru Mata Pelajaran Kimia di SMA Negeri 6 Tasikmalaya

[2] Guru Mata Pelajaran Lingkungan Hidup di SMA Negeri 6 Tasikmalaya

3 Makalah Gunawan Pasaribu dan Sahwalita yang berjudul “Pengolahah Eceng Gondok sebagai Bahan Baku Kertas SeniĆ­” (29 Februari 2008)

4 Diteliti dan dilakukan oleh Ir. Holia Onggo dan Triastuti (Peneliti LIPI Bandung).

5 Natrium hidroksida atau NaOH di pasaran dikenal dengan nama soda api.

6 Natrium silikat atau Na2SiO3 dipasaran dikenal dengan nama waterglass.

7 Magnesium sulfat atau MgSO4.7H­2O dipasaran dikenal dengan nama garam inggris

8 PVA = polyvinilasetat atau dipasaran dikenal sebagai lem putih atau lem kayu

5 comments: